Cryptoharian – Harga Bitcoin (BTC) per hari Jumat (24/4/2023) kembali merangkak naik di level US$ 28.200 dari US$26.800 setelah mengalami koreksi pasca rilis hasil FOMC.
Merespon kenaikan kripto utama ini pun, banyak dari kalangan analis yang mulai muncul ke permukaan dengan prediksinya masing-masing di Twitter.
Salah satunya bernama @JA_Maartun, yang menggambarkan kesamaan price action BTC tahun ini dengan tahun 2021 lalu.
Dari grafik yang ia pasang pada laman Twitternya, Maartun memperlihatkan indikator terurut, yakni long legged, first sell off, second leg, three higher high, lower high hingga sell off.
Saat ini, menurutnya posisi Bitcoin berada pada dalam urutan lower high di antara US$ 28.000 hingga US$ 29.000. Dari sana, prediksi pada pergerakan di 2021 akan disusul oleh sell off (penjualan). Jika prediksi ini terjadi, maka aksi jual yang dilakukan investor akan menyebabkan harga BTC terjun ke angka US$ 23.850
“Prediksi itu tidak harus terjadi, tetapi juga tidak boleh mengabaikan kemungkinannya dengan tahun 2021,” ungkap Maartun.
Di lain pihak, Michael van de Poppe yang merupakan analis top asal Belanda menyatakan bahwa retest Bitcoin telah tercapai. Ia menyatakan bahwa retest tertinggi untuk Bitcoin adalah pasca penembusan di angka US$ 27.800. Maka dari itu, Poppe berpendapat bahwa area di US$ 27.700 adalah support terbaru.
Berita Bitcoin: CSO Gemini Percaya Bitcoin Dapat Mencapai US$100.000
“Jika hilang support, maka kita akan melihat Bitcoin di US$ 25.300 hingga US$ 25.800 untuk long-term sebelum harganya mencapai US$ 40.000 . Secara keseluruhan tesis saya masih tetap seperti itu,” ujarnya.
Sementara itu The Wolf of All Wall Street atau @scottmelker menjelaskan, resisten di US$ 28.600 memiliki energi yang sama dengan resisten di US$ 25.212, pada beberapa hari pertama saat retest di level tersebut.
“Bulls berambisi melihat dorongan kuat yang melewati US$ 28.600, atau penurunan ideal ke US$ 25.212 sebagai angka pembelian yang bagus,” kata Melker.
Kendati demikian, @DrProfitCrypto menyatakan Bitcoin bahwa masih dalam retest resistensi kuat, seperti yang terjadi sebelumnya pada Mei – Juni 2022.
Dalam hal ini, ia memprediksi bahwa ada kemungkinan untuk harga meraih US$ 30.000 dengan tujuan menangkap likuiditas sebelum akhirnya turun.
“Prioritas sekarang adalah penurunan. Ada kumpulan likuiditas yang sangat besar antara US$ 20.000 hingga US$ 16.000 ditambah dengan celah CME besar di US$ 20.000. Saya tidak akan mengambil posisi long atau beli di sini,” pungkas DrProfitCrypto.
Baca Juga: 3 Koin yang Justru Naik di Tengah Turunnya Bitcoin, Berikut Selengkapnya!
Sebelum memutuskan untuk berinvestasi pada mata uang kripto, senantiasa lakukan riset karena kripto adalah aset volatil dan berisiko tinggi. Cryptoharian tidak bertanggung jawab atas kerugian maupun keuntungan anda.