Cryptoharian – Nilai Bitcoin (BTC) mengalami penurunan hebat, dengan pergerakan yang mencapai di bawah US$ 50.000 dalam perdagangan pagi di Asia. Melansir dari cointelegraph.com, penurunan hebat ini disebabkan oleh sentimen dari para investor yang cenderung berhati-hati dengan kondisi global.
Penurunan diketahui hampir mencapai 31 persen dalam 3 hari terakhir, yang dianggap oleh trader independen Bob Loukas sebagai peristiwa langka yang terjadi sekali dalam 7-10 tahun.
Bahkan, anjloknya harga BTC ini mengakibatkan hilangnya lebih dari US$ 500 miliar dari pasar mata uang kripto dalam 24 jam. Banyak posisi leverage dilikuidasi secara besar-besaran, dengan total nilai likuidasi mencapai sekitar US $1,08 miliar.
Dari jumlah tersebut, US$ 803,76 juta adalah likuidasi posisi panjang, termasuk lebih dari US$ 404,63 juta dalam Bitcoin, dengan US$ 282,81 juta di antaranya merupakan likuidasi panjang.
Lesunya langkah Bitcoin kali ini terjadi di tengah berbagai kekhawatiran ekonomi dan politik. Data ekonomi dan ketenagakerjaan Amerika Serikat yang lemah pada 2 Agustus lalu, memicu kekhawatiran akan resesi. Di sisi lain, ketegangan yang terjadi di Timur Tengah juga menjadi salah satu faktor masif.
Baca Juga: Bitcoin Jatuh Hingga Kisaran US$ 60.000, Ini Biang Keladinya Menurut Trader Papan Atas
Mengenai hal ini, para analis pun banyak yang berbeda pendapat, terutama mengenai pemulihan harga Bitcoin. Beberapa analis seperti, seperti dari QCP bertanya-tanya apakah ini adalah badai sempurna yang mempengaruhi pasar.
“Perkiraan untuk pasar mungkin tidak akan pulih dalam waktu dekat. Kemungkinan yang lebih masuk akal adalah penurunan lebih lanjut hingga pertengahan September, sebelum akhirnya akan naik lagi,” ungkap Loukas.
Sebaliknya, analis bernama McKenna mengatakan bahwa Bitcoin belum tentu akan pulih dengan cepat.
“Pasar mungkin akan berada dalam fase harga rendah untuk waktu yang sedikit lama. Namun ini langkah yang strategis bagi investor untuk membeli sebelum harganya kembali stabil,” ujarnya.
Sementara itu dari pandangan netral, Michael van de Poppe yang merupakan analis papan atas di kalangan pemain kripto, mengatakan bahwasanya koreksi harga Bitcoin ini bisa menjadi titik terendah dalam siklus ini, atau bisa jadi merupakan awal dari penurunan yang lebih besar.
“Kemungkinan pemulihan cepat yang bisa mendorong Bitcoin naik tajam hingga mencapai US$ 70.000,” kata Poppe.
Pertanyaan utama saat ini adalah seberapa jauh harga Bitcoin bisa turun. Salah satu kemungkinkan diungkapkan oleh Ki Young Ju, pendiri CryptoQuant menunjukkan zona kritis antara US$ 45.000 dan US$ 55.000, yang merupakan titik penting bagi banyak penambang dan pedagang.
Jika harga turun di bawah zona ini, bisa jadi tanda dimulainya pasar bearish. Seperti yang pernah terjadi pada November 2018, Maret 2020, dan Mei 2022.
Sebelum memutuskan untuk berinvestasi pada mata uang kripto, senantiasa lakukan riset karena kripto adalah aset volatil dan berisiko tinggi. Cryptoharian tidak bertanggung jawab atas kerugian maupun keuntungan anda.