Cryptoharian – Seorang analis pasar kripto bernama Justin Bennet memberikan prediksi terbarunya mengenai pergerakan harga Bitcoin (BTC). Dalam unggahan terbarunya di media sosial X, Bennet menyampaikan bahwa Bitcoin akan kembali diuji pada kisaran level US$ 62.000 – US$ 63.000.
Bitcoin menurutnya telah berhasil menembus batas atas di angka US$ 60.000, setelah turun dari saluran harga sebelumnya. Bennet menjelaskan dalam cuitannya, bahwa saluran harga yang sebelumnya menjadi area resistensi telah menjadi support.
“US$ 62.000 hingga US$ 63.000 adalah ujian besar selanjutnya untuk bull Bitcoin,” ungkap Bennet.
Ia menambahkan, telah terpantau adanya konsolidasi harga di kisaran harga US$ 62.000, yang bakal menarik minat penjual. Poin yang dia tegaskan berdasarkan grafik yang ia bagikan, adalah jika level US$ 62.000 hingga US$ 63.000 gagal tertembus, maka ada kemungkinan harga akan turun lagi ke kisaran angka US$ 57.000.
Sementara itu analis lainnye bernama Benjamin Cowen juga mengemukakan pendapat pribadinya. Di platform yang sama, dirinya menyampaikan bahwa Bitcoin (BTC) biasanya menunjukkan kinerja yang baik di kuartal keempat (Q4) setiap tahunnya.
Baca Juga: Pengamat Kripto Beberkan Rangkuman Agenda DeFi Minggu Ini, Yuk Simak!
Hal ini terlihat dari data yang dianalisis Cowen, yang menunjukkan hasil kuartalan Bitcoin sejak 2009 hingga 2024. Dalam banyak kasus, Q4 sering memberikan keuntungan bagi para pemegang Bitcoin. Namun, ada pengecualian, terutama di tahun-tahun pemilu.
Secara historis, Bitcoin sering mengalami kenaikan besar di Q4. Misalnya, pada 2017, nilainya melonjak hingga 215,12 persen, sementara di 2020 dan 2021, kenaikannya mencapai 168,07 persen dan 5,46 persen. Artinya kuartal terakhir dalam setahun biasanya menjadi periode yang menguntungkan bagi Bitcoin.
Namun, ada beberapa tahun dimana kuartal 4 tidak sesuai dengan kenyataan, terutama di tahun-tahun pemilu paruh waktu, seperti 2014, 2018 dan 2022. Pada tahun-tahun ini, Bitcoin justru mengalami penurunan Q4, masing-masing sebesar -16,49 persen, -42,54 persen, dan -15,07 persen.
“Q4 cenderung baik untuk BTC. Pengecualian yang penting adalah tahun tengah semester (2014, 2018, dan 2022),” ujarnya.
Selain itu, ada juga tahun 2019 di mana Bitcoin mengalami penurunan sebesar -13,06 persen di Q4. Meski begitu, Cowen berpendapat bahwa penurunan ini sudah berlalu dan tidak terlalu berpengaruh pada tren saat ini.
“Satu-satunya waktu lain dalam sejarah terkini di mana berwarna merah pada Q4 adalah pada tahun 2019,” pungkas Cowen.
Catatan: Berita ini merupakan prediksi para ahli, mohon simak disclaimer di bawah artikel.
Sebelum memutuskan untuk berinvestasi pada mata uang kripto, senantiasa lakukan riset karena kripto adalah aset volatil dan berisiko tinggi. Cryptoharian tidak bertanggung jawab atas kerugian maupun keuntungan anda.










