Cryptoharian – Bitcoin (BTC) mengalami penurunan tajam beberapa hari terakhir, turun lebih dari US$ 12.000 hanya dalam tiga hari dan mencapai level terendah sejak November 2024. Pada 26 Februari, harga Bitcoin menyentuh US$ 83.500, mencatat penurunan 12 persen dalam sepekan.
Dilansir dari coingape.com, kejatuhan ini menyebabkan likuidasi besar-besaran, di mana lebih dari US$ 1 miliar dalam posisi long dengan leverage terpaksa ditutup, dan menyebabkan tekanan jual di pasar.
Beberapa faktor utama menjadi yang menjadi anjloknya harga Bitcoin. Salah satunya adalah gelombang likuidasi besar yang terjadi akibat banyaknya trader yang menggunakan leverage tinggi.
Ketidakpastian ekonomi global juga berkontribusi pada pelemahan harga Bitcoin, dengan investor beralih ke aset yang lebih aman seperti obligasi AS dan emas. Selain itu, berita tentang peretasan besar di platform perdagangan kripto Bybit turut menambah ketakutan di pasar.
Di sisi lain, salah satu pemicu volatilitas tinggi saat ini adalah kadaluwarsa opsi Bitcoin senilai US$ 5 miliar yang dijadwalkan pada 28 Februari. Sebagian besar kontrak opsi ini memiliki harga eksekusi tinggi, sehingga kemungkinan besar akan berakhir tanpa keuntungan bagi pemegangnya.
Analis memperkirakan hampir 78 persen dari opsi yang kadaluwarsa, dengan kisaran nilai US$ 3,9 miliar, tidak akan menghasilkan profit. Hal ini membuat banyak trader berusaha mempengaruhi harga Bitcoin agar tidak jauh lebih dalam sebelum kadaluwarsa opsi.
Baca Juga: Chris Burniske: Koreksi Kripto Hari Ini Bukan Tanda Bear Market
Selain faktor internal pasar kripto, kondisi ekonomi global juga turut mempengaruhi harga Bitcoin. Kekhawatiran akan resesi semakin meningkatkan setelah adanya laporan mengenai kebijakan tarif baru Amerika terhadap impor dari Kanada dan Meksiko.
Potensi tarif 25 persen untuk barang-barang dari Uni Eropa juga menambah ketidakpastian pasar. investor mulai mengurangi eksposur terhadap aset beresiko seperti Bitcoin dan beralih ke investasi yang stabil.
Di tengah penurunan ini, beberapa analis tetap optimis terhadap altcoin seperti XRP, Solana, Ethereum dan SUI yang masih mendapat dukungan dari investor institusional. Namun, arus keluar besar-besaran dari ETF Bitcoin menunjukkan bahwa banyak investor besar mulai menarik diri dari pasar.
Seperti pada 24 Februari lalu, lebih dari US$ 1,1 miliar keluar dari ETF Bitcoin, mencatat rekor arus keluar harian terbesar yang pernah terjadi.
Saat artikel ini ditulis, Bitcoin berada di level US$ 84.743 dengan kapitalisasi pasar US$ 1,68 triliun. Jika harga tidak segera kembali US$ 88.000 sebelum kadaluwarsa opsi, tekanan jual kemungkinan akan berlanjut dalam waktu dekat.
Sebelum memutuskan untuk berinvestasi pada mata uang kripto, senantiasa lakukan riset karena kripto adalah aset volatil dan berisiko tinggi. Cryptoharian tidak bertanggung jawab atas kerugian maupun keuntungan anda.