Cryptoharian – Bitcoin (BTC) tampaknya menghadapi tantangan besar untuk melewati level harga psikologis US$ 100.000. Meskipun sempat menyentuh angka tertinggi baru di atas US$ 99.000, sinyal teknikal menuunjukkan adanya potensi koreksi harga yang signifikan.
Pasar kripto sebelumnya, diliputi antusiasme saat Bitcoin mendekati level enam digit, didukung oleh sentimen positif pasca pemilu dan tekanan beli yang kuat. Namun, kegembiraan tersebut dimulai bergeser menjadi kehati-hatian karena Bitcoin belum berhasil menembus batas US$ 100.000.
Salah satu indikator teknikal, yakni TD Sequential memberikan sinyal jual pada grafik 12 jam. Menurut analis Ali Martinez, sinyal ini menunjukkan kemungkinan penurunan harga Bitcoin di bawah US$ 90.000. Ia juga mencatat bahwa level retracement Fibonacci menunjukkan target koreksi berada di kisaran US$ 91.583 hingga US$ 85.610.
Namun, Martinez menambahkan bahwa jika Bitcoin berhasil ditutup di atas level US$ 100.535, potensi penurunan ini dapat dibatalkan.
Analis terkenal Scott Melker, yang juga dikenal sebagai :”The Wolf of All Street,” mengungkapkan pandangannya melalui unggahan media sosial X. Menurut analis tersebut, adanya bearish divergence yang signifikan dan RSI yang terlalu tinggi di berbagai kerangka waktu.
Baca Juga: Mengapa Bitcoin Dekat US$ 100.000 Jadi Momen Krusial Bagi Dunia Kripto?
Kondisi ini sering kali menjadi tanda bahwa harga mungkin telah mencapai puncaknya untuk sementara waktu.
“Divergensi bearish yang signifikan dengan RSI jenuh beli biasanya menjadi sinyal jelas adanya puncak lokal. Zona koreksi yang paling memungkinkan berada di antara US$ 90.000 hingga US$ 80.000,” ungkap Melker.
Melker juga mengingatkan bahwa harga tertinggi Bitcoin sebelumnya US$ 74.000 belum diuji sebagai level support.
Sementara itu, data on-chain memberikan sinyal tambahan tentang potensi volatilitas. Beberapa laporan menunjukkan adanya aktivitas spoofing di platform perdagangan, di mana pesanan jual besar ditempatkan untuk menekankan harga dan memaksa pasar bergerak ke level support yang lebih rendah. Taktik ini menciptakan tekanan jual dan meningkatkan volatilitas, khususnya saat Bitcoin mendekati level US$ 100.000.
Kendati demikian, tidak semua pandangan terhadap Bitcoin saat ini bersifat negatif. Banyak analis yang tetap optimis terhadap prospek jangka panjang kripto ini.
Terlepas dari risiko koreksi, pandangan bullish terhadap Bitcoin tetap dominan. Caleb Franzen, pendiri Cubic Analytics, memprediksi Bitcoin dapat mencapai US$ 175.000 pada tahun 2025.
“Tren kenaikan saat ini masih sesuai dengan pola historis,” pungkas Franzen.
Sebelum memutuskan untuk berinvestasi pada mata uang kripto, senantiasa lakukan riset karena kripto adalah aset volatil dan berisiko tinggi. Cryptoharian tidak bertanggung jawab atas kerugian maupun keuntungan anda.