Jumlah HODLer Bitcoin 5-7 Tahun Mencapai Puncak Baru, Tanda Kepercayaan yang Tinggi

Koreksi besar yang melanda pasar cyrpto, khususnya Bitcoin, tampaknya tidak menggoyahkan para investor jangka panjangnya, HODLer, untuk melepas crypto utama ini dari genggaman mereka. 

Diketahui, jumlah investor Bitcoin “lama” justru terus meningkat karena pasar terus turun lebih jauh, menurut data on-chain Glassnode.

Berdasarkan data tersebut terungkap bahwa, jumlah dompet Bitcoin berusia 5-7 tahun telah meningkat secara signifikan dan mencapai level tertinggi 8 bulan.

Seperti yang ditunjukkan oleh data juga, 716.325 Bitcoin saat ini hanya duduk manis saja di dompet tanpa pergerakan apa pun setidaknya sejak 2015, ketika BTC diperdagangkan di harga sekitar $300.

Alasan di balik meningkatnya jumlah dompet tidak aktif terkait dengan setidaknya dua faktor, termasuk memburuknya tren Bearish di pasar dan perubahan sifat pasar aset digital yang berubah dari spekulatif menjadi jangka menengah.

Seperti yang ditunjukkan oleh data on-chain tambahan, jumlah pemegang Bitcoin jangka menengah dan panjang telah meningkat secara signifikan di chain sejak 2017. Kembali di “era ICO,” mayoritas pelaku pasar ada di dalamnya untuk keuntungan jangka pendek daripada nilai fundamental dari sisi teknologi.

Dengan evolusi lebih lanjut dari industri dan adopsi kelembagaan, lebih banyak investor swasta mulai menggunakan cryptocurrency sebagai cara untuk menghemat dana selama periode inflasi tinggi atau sebagai alat eksposur risiko.

Sementara jumlah pemegang jangka panjang meningkat, pemegang jangka menengah yang masuk ke dalamnya telah secara aktif menjatuhkan kepemilikan mereka karena harga cryptocurrency pertama sudah turun 40%.

Pada waktu pers, Bitcoin diperdagangkan di kisaran harga $ 38.000, stabil di harga $36k-38k. Tetapi seperti yang ditunjukkan oleh data pasar, mayoritas pedagang saat ini tetap berada di luar pasar sambil menunggu pergerakan signifikan di pasar saham.

Tentu saja, ini mengacu pada korelasi crypto yang saat ini lebih dekat dengan pasar saham, saat keduanya terpukul oleh kebijakan the Fed yang membuat dolar AS menjadi kuat, sekaligus menurunkan selera risiko investor.