Muhammad SyofriCryptoharian – Prediksi Bitcoin (BTC) ke US$ 200.000 makin sering terdengar. Kedengarannya gila? mungkin. Tapi terlalu banyak sinyal besar yang muncul untuk diabaikan. Dari pola historis, arus uang institusi, hingga kekacauan global, semuanya sedang bertabrakan dalam ‘badai sempurna’ yang bisa melambungkan BTC ke liga yang benar-benar baru.
Ini bukan sekedar hype. Ada alasan nyata dan konkret mengapa satu tahun ke depan bisa menjadi periode paling eksplosif dalam sejarah Bitcoin.
Selama bertahun-tahun, Bitcoin bergerak dalam siklus empat tahunan yang sangat teratur, semua berpusat pada peristiwa halving, saat suplai baru Bitcoin di potong setengah. Setiap kali ini terjadi, pasar biasanya mengikuti pola:
1. Bottom – Harga anjlok 80 persen, semua diam kecuali investor lama dan whale.
2. Pemulihan – Harga naik perlahan, pasar mulai ‘bangun’.
3. Mania – FOMO merajalela, harga naik vertikal.
4. Crash – Bubble pecah, lalu siklus mulai ulang.
Tapi kali ini, hanya satu tahun setelah halving terakhir, Bitcoin sudah menyentuh US$ 122.000. Penyebabnya adalah ETF Spot Bitcoin.
Sejak Amerika menyetujui ETF Bitcoin Spot pada Januari 2014, aliran dana institusi tak terbendung. Firma besar seperti BlackRock dan Fidelity mulai reli besar-besaran, bukan buat trading cepat, tapi untuk disimpan jangka panjang.
Bursa seperti CME sekarang jadi pusat pergerakan harga BTC, dengan para trader profesional menggunakan kontrak derivatif untuk bertaruh pada arah pasar. Inilah yang disebut sebagai smart money, mereka tidak panik seperti investor ritel biasa.
Hasilnya, lonjakan besar yang lebih stabil dan sulit dipatahkan oleh berita buruk sesaat.
Baca Juga: 5 Kripto Bertema Binatang yang Layak Diperhatikan Pekan Ini: Dogecoin, Shiba Inu, WIF, PEPE, PENGU
Bitcoin Bukan Cuma Emas Digital Lagi
Bitcoin perlahan jadi lebih sekedar alat lindung inflasi. Inovasi teknologinya membuat Bitcoin kini juga punya fungsi nyata di dunia digital:
- Lightning Network – Transfer cepat dan murah, cocok untuk pembayaran harian.
- Ordinals dan BRC-20 – NFT dan token langsung di jaringan Bitcoin.
- Stacks dan Layer-2 – Bawa DeFi dan smart contract ke ekosistem BTC.
Fungsi baru ini membuat Bitcoin semakin dibutuhkan, bukan hanya diincar karena langka.
Dengan ketidakpastian global, Bitcoin jadi aset pelarian yang makin menarik. Di negara-negara dengan mata uang hancur seperti Argentina, BTC jadi penyelamat finansial.
Selain itu, sifatnya yang tidak bisa dikontrol pemerintah menjadikannya alat bagi aktivis, bahkan negara untuk menghindari sanksi ekonomi. Dulu cuma MicroStrategy yang menyimpan BTC di neraca. Kini, ide tersebut jadi pembicaraan serius di level negara.
Namun jangan salah, US$ 200.000 tidak dijamin. Ada sejumlah resiko yang bisa menjegal reli ini:
- Regulasi ketat dari negara besar seperti Amerika.
- Skandal internal industri kripto (contohnya FTX).
- Resesi global, yang bisa bikin investor lari ke aset aman seperti dolar.
Secara historis, harga puncak Bitcoin terjadi 12–18 bulan setelah halving. Jika pola itu bertahan, puncaknya bisa muncul di paruh akhir 2025.
Model seperti Stock-to-Flow boleh saja diabaikan, tapi proyeksi berbasis pertumbuhan jangka panjang tetap menunjukkan bahwa angka US$ 200.000 bukan ilusi.
Faktor penentunya? Arus dana besar dari institusi dan negara. Jika uang dari manajer aset, dana pensiun dan pemerintah terus mengalir ke pasar Bitcoin, permintaan akan dengan mudah mengalahkan suplai yang makin langka.
Sebelum memutuskan untuk berinvestasi pada mata uang kripto, senantiasa lakukan riset karena kripto adalah aset volatil dan berisiko tinggi. Cryptoharian tidak bertanggung jawab atas kerugian maupun keuntungan anda.
David
Iqbal Maulana
