Cryptoharian – Bitcoin (BTC) masih bertahan pada kisaran harga US$ 23.000. Pun demikian dengan perdebatan dari para analis, antara sisi yang memihak pada bullish dan sisi dari pihak bearish. Namun, ada salah satu analis netral, yang juga berjibaku sebagai trader memberikan pendapatnya terkait kondisi pasar saat ini.
“Saya pernah menunjukkan bahwa siklus kali ini berbeda. Bulls saya bandingkan dengan bottom 2015, sedangkan Bears banding dengan 2019,” ungkap Trader_Jibon, seorang trader papan atas di laman Twitternya.
Namun, ia memberikan catatan khusus terkait potensi terjadinya Death Cross di Chart Mingguan. Jika Death Cross terjadi, maka kemungkinan pasar akan mendapatkan bottom yang berbeda untuk aset Bitcoin.
“Jika ada Death Cross di grafik chart mingguan, maka kita mungkin menyaksikan bottom yang berrbeda. Itu hanya kemungkinan. Namun jika terjadi, Bayangkan Max Pain,” ujarnya.
Meksipun demikian, Jibon memberikan self claim bahwa dirinya tidak menyebutkan harga BTC akan turun ke US$ 12.000 atau US$ 10.000.
“Saya hanya menunjukkan dimana posisi kita dan apa saja yang bisa terjadi saat ini,” kata Jibon.
Sementara itu melansir dari cointelegraph, saat ini BTC/USD berada lebih lama dari sebelumnya di bawah 200 WMA, yang menjadi aspek kunci dari bear market 2022. Selain itu, salah satu dari WMA yang menjadi fokus, tengah membentuk Death Cross, dengan penurunan 50WMA yang melintas di bawah 200WMA.
Jika ini terwujud, banyak dari analis khawatir hal tersebut dapat memicu penurunan lain, seperti yang sebelumnya terjadi pada peristiwa dalam kerangka waktu jangka pendek.
“Tidak diragukan lagi aset berisiko berkorelasi, tetapi BTC reli 40% di bulan Januari,” kata salah satu pendiri Indikator Material, Keith Alan.