CryptoHarian

7 Teknikal Analisis Yang Harus Dikuasai Sebelum Trading Bitcoin dan Kripto!

Cryptoharian – Dalam dunia trading aset kripto, sebenarnya tidak jauh berbeda dengan trading forex ataupun saham. Perbedaan terbesar kripto dan dua aset tersebut, terletak pada pergerakan naik turun signifikan atau biasa disebut volatilitas. Untuk bergelut di dunia trading, khususnya untuk koin digital, seseorang harus memiliki bekal ilmu sebelum memasuki pasar. 

Karena itu, seorang trader sekaligus influencer di Twitter dengan nama Dami-Defi hari ini bakal memberikan bocoran tentang bagaimana cara untuk membaca grafik atau chart hingga menguasai analisis tenikal. 

Hal ini sangatlah penting, mengingat angka minat pertumbuhan minat akan kripto semakin meningkat hingga saat ini. Selain itu, pengetahuan tentang analisa teknikal ini ini telah menghidupkan kembali hasrat para investor yang sempat mati untuk kembali ke pasar. 

Kali ini, Dami-Defi akan membeberkan terkait support dan resisten, strategi take profit dan stop loss, indikator mayoritas dan masih banyak lagi. 

  1. Level Support dan Resisten

Konsep dasar dalam Analisis Teknis, yakni Support dan Resistren. Dami-Defi menjelaskan bahwa level-level ini dapat berbentuk pola sideways (menyamping), naik atau turun. Ketika level support naik menembus resistance, ini menunjukkan pergerakan ke atas lebih lanjut, menghadirkan peluang beli potensial. Sebaliknya, ketika level resistance turun menembus support, itu menandakan kemungkinan penurunan harga, yang dapat dimanfaatkan trader untuk posisi short yang menguntungkan. 

Ia menekankan pentingnya volume dan retest untuk memvalidasi penembusan support dan resisten. Hal tersebut membutuhkan kesabaran dan ketekunan sebelum memasuki pasar kripto, terutama saat perdagangan berjangka (futures trading). 

  1. Strategi Take Profit dan Stop Loss

Manajemen risiko memainkan peran penting dalam perdagangan yang sehat. Karena itu, Dami-Defi menyoroti pentingnya menerapkan strategi take profit dan stop-loss. Untuk memastikan pengendalian risiko, rasio risiko-terhadap-imbalan yang disarankan adalah 1:3. Artinya, potensi keuntungan harus setidaknya tiga kali lebih besar dari potensi kerugian. 

Misalnya, jika stop loss ditetapkan pada -5 persen, tingkat take profit yang sesuai harus + 15 persen. Dengan mengikuti rasio ini, trader dapat meminimalisir kerugian dan mengoptimalkan potensi profit.

Baca Juga: Bitcoin Naik Bersama Kabar Kemenangan Ripple dan Data Dana Bansos Amerika, $35,000 Jadi Target?

Selain itu, Dami-Defi menekankan pentingnya “Aturan 2%” untuk manajemen risiko. Aturan ini menyarankan trader untuk tidak pernah mengambil risiko lebih dari 2 persen dari akun mereka pada satu kali pasang posisi. Misalnya, jika akun trading seseorang memiliki saldo US$ 50.000, mereka harus membatasi eksposur risiko mereka hingga maksimum US$ 1.000 di tiap posisi.

  1. Volume 

Dalam hal ini, volume bertindak sebagai bahan bakar yang mendorong pergerakan harga di pasar. Selain itu, volume berperan penting dalam menentukan kekuatan tren. Volume rendah biasanya menunjukkan tren yang lemah, sedangkan volume tinggi menunjukkan tren yang kuat. Dengan mengamati hubungan antara harga dan volume, trader dapat memperoleh informasi terkait:

  • Kenaikan harga disertai dengan kenaikan volume menandakan tren bullish.
  • Kenaikan harga dengan penurunan volume menunjukkan tren naik yang lemah.
  • Penurunan harga disertai dengan kenaikan volume menunjukkan tren bearish.
  • Penurunan harga dengan penurunan volume menyiratkan tren turun yang lemah.
  1. MACD (Divergensi Konvergensi Pergerakan Rata-Rata)

MACD adalah indikator momentum mengikuti tren yang banyak digunakan. Trader sering fokus pada histogram MACD untuk mengidentifikasi periode momentum bullish atau bearish yang tinggi. Selain itu, indikator ini juga memungkinkan untuk mengindikasikan kondisi overbought atau oversold. 

  1. RSI (Indeks Kekuatan Relatif)

RSI merupakan osilator populer yang mengukur kecepatan dan perubahan pergerakan harga. Dami-Defi menjelaskan, level RSI di bawah 30 menunjukkan kondisi oversold atau undervalued, yang berpotensi menghadirkan peluang beli. Sebaliknya, level RSI di atas 70 menunjukkan kondisi overbought atau overvalued, yang mungkin menandakan peluang jual. Pembacaan RSI netral 50 menunjukkan keseimbangan antara posisi bullish dan bearish.

Berita Bitcoin: Bitcoin Tembus US$31.700, Analis Masih Menargetkan Level Lebih Tinggi

  1. Pergerakan  Rata-Rata

Moving averages (MA) adalah salah satu alat penting untuk menganalisis tren harga selama periode tertentu. Mengenai hal ini, dirinya merekomendasikan MA yang berbeda untuk setiap gaya trader masing-masing: 

  • Untuk perdagangan jangka pendek, MA periode 5, 10, dan 20 paling efektif.
  • Untuk analisis jangka panjang, MA periode 50, 100, dan 200 memberikan wawasan yang berharga.

Ketika harga secara konsisten tetap di atas MA, ini menunjukkan tren naik yang menunjukkan peluang beli potensial. Sebaliknya, ketika aksi harga tetap di bawah rata-rata bergerak, ini menunjukkan tren turun dan peluang jual potensial.

  1. Bollinger Band

Indikator penting lainnya, yakni Bollinger Bands merupakan alat serbaguna yang digunakan bersama dengan teknik analisis lainnya. Indikator ini terdiri dari band atas dan band bawah, masing-masing mewakili kondisi overbought dan oversold. Dengan memantau posisi harga relatif terhadap Bollinger Bands, pedagang dapat memperoleh informasi tentang potensi pembalikan tren atau pola kelanjutan.

Disclaimer: Semua konten yang diterbitkan di website Cryptoharian.com ditujukan sarana informatif. Seluruh artikel yang telah tayang di Cryptoharian bukan nasihat investasi atau saran trading.

Sebelum memutuskan untuk berinvestasi pada mata uang kripto, senantiasa lakukan riset karena kripto adalah aset volatil dan berisiko tinggi. Cryptoharian tidak bertanggung jawab atas kerugian maupun keuntungan anda.

Muhammad Syofri

Trader Forex dan Bitcoin yang sudah bergelut di bidang trading dari tahun 2013. Sering menulis artikel tentang blockchain, forex dan cryptocurrency.