CryptoHarian

Benarkah Gen Z Surabaya Sama Sekali Tidak Tertarik Investasi Kripto (Part 1) ? 

Cryptoharian – Generasi Z atau seseorang yang lahir pada tahun 1997 hingga 2012 merupakan generasi paling muda saat ini. Tentunya, anak-anak remaja pun saat ini sudah memiliki banyak pengetahuan dan familiar dengan teknologi, termasuk teknologi digital. 

Namun, apakah pemuda-pemudi GenZ ini memiliki minat pada dunia investasi, khususnya investasi kripto di era digital ini? 

Kali ini, tim cryptoharian mencoba untuk mewawancarai beberapa kaula muda di Surabaya. Dalam wawancara ini, tim kami menanyakan dua pertanyaan singkat pada 5 orang. Pertanyaan pertama, yakni apakah mereka familiar dengan investasi kripto, dan pertanyaan kedua, apakah mereka tertarik dan berminat untuk berinvestasi kripto. 

Narasumber pertama yang kami temui adalah pemuda berusia 19 tahun bernama Alex yang saat ini berstatus sebagai mahasiswa di salah satu kampus ternama di Surabaya. Saat ditanyai, Alex menjawab bahwa ia memang familiar dengan kripto, dan ternyata sudah memiliki investasinya sendiri. 

“Saya kenal kripto pertama itu waktu tahun 2020. Kan beberapa tahun sebelumnya, Elon Musk pernah kasih akses pembayaran mobil Tesla pakai Bitcoin. Disitulah saya penasaran, dan mulai mempelajari apa itu kripto,” ungkap Alex. 

Setelah merasa cukup yakin dengan apa yang dipelajarinya, Alex pun lantas mulai membeli kripto pertamanya, yakni Ethereum (ETH). Alasannya pun sederhana, yakni karena koin tersebut menurutnya bukan koin micin. 

“Ya kali, saya mau masuk ke koin micin, yang bener aja, judi dong!,” ujarnya. 

Saat ditanya apakah ia sempat cuan besar saat ATH 2021, Alex meng-iyakan. Bahkan, keuntungan yang diperolehnya pun mencapai angka 71 persen. Semenjak itu, ia pun memutuskan untuk mendalami lebih jauh soal airdrop dan stacking. 

“Banyak orang bilang, kripto itu judi. Mana ada kayak gitu. Karena yang namanya investasi itu kan di-planning. Jangka panjang atau pendek, strateginya gimana kalau gak pintar baca grafik, berkala atau all in. Buat saya, volatilitas tinggi itu bukan masalah selama managemen resikonya bagus,” kata Alex. 

Hampir Beli di Harga Tertinggi

Setelah selesai mewawancarai Alex, kami beralih pada Angga dan Regina. Kedua insan yang sedang bertunangan ini merupakan investor baru di dunia kripto. Namun meski masih baru mengenal kripto, mereka memiliki cerita yang cukup menarik. 

Angga menceritakan bahwa dia memulai perjalanan investasi kripto-nya saat harga Bitcoin jatuh ke angka US$ 18.000 (kisaran Rp 250 juta) Sebelumnya, ia sempat ingin membeli kripto utama tersebut saat meledaknya hype soal kenaikan harga BTC yang mencapai Rp 800 juta. 

“Heboh kan dulu di Indonesia, waktu BTC harganya naik ke Rp 800 juta. Itu temen-temen saya banyak yang beli. Jujur aja, waktu itu saya hampir beli. Tapi saya dikasi tau sama doi Regina, kalau mau beli mending nunggu harganya drop,” tutur Angga. 

Regina pun membenarkan apa yang dikatakan oleh Angga. Pasalnya, wanita kelahiran 1998 ini juga memiliki investasi saham yang dihibahkan dari ayahnya. Ayah Regina yang merupakan mantan broker saham salah satu bursa di Australia, memang memberikan didikan keuangan yang ketat pada Regina. 

“Waktu itu kenapa saya stop Angga pas mau beli, karena konsep yang diajarkan ayah saya adalah beli saat sepi, jual saat riuh. Konsep itu saya terapkan di saham pun memang terbukti benar untuk saya,” jelas Regina. 

Regina sendiri sudah mengamati aset kripto sejak ia duduk di bangku SMA. Pada waktu itu, aset kripto masih belum banyak bermunculan dibandingkan beberapa tahun terakhir ini. Tak ayal, keputusannya mencegah Angga membeli BTC pun berbuah manis. 

“Saya tegas ke dia, kalau mau beli tunggu harganya drop. Karena waktu itu black swan Covid-19 sudah mulai skala global, semua lini sudah mulai ngerasain dampaknya. Akhirnya beneran, tahun 2022 BTC udah kayak water slide,” paparnya. 

Begitu harga Bitcoin jatuh ke harga US$ 18.000, Regina pun memberikan lampu hijau ke Angga. Akhirnya Regina dan Angga pun turut bersama-sama masuk ke pada September 2022. 

“Memang waktu itu sempat turun lagi gara-gara FTX. Tapi kami cukup DCA aja, jadi meskipun harganya jatuh ke Rp 100 juta-an, kami nggak minus banyak,” urai Regina. 

Saat Bitcoin telah menyentuh hampir Rp 1 miliar, mereka mengaku sumringah setiap kali membuka berita soal kripto. Bagaimana tidak, Angga mengatakan bahwa mereka telah berhasil meraup keuntungan diatas Rp 60 juta. 

“Sekarang kalo lihat notifikasi berita di google sama Twitter, itu rasanya kayak hehehe gitu aja. Gak tau nasib temen-temen saya yang beli waktu harganya tinggi itu gimana sekarang,” tukas Angga sembari terkekeh. 

Bersambung. . . 

(Bagi anda yang tertarik dengan kelanjutan ceritanya, kami akan tsrbitkan pada Minggu (10/3/2024) mendatang. Jangan lupa untuk terus update berita seputar kripto di website cryptoharian untuk informasi menarik selanjutnya) 

Disclaimer: Semua konten yang diterbitkan di website Cryptoharian.com ditujukan sarana informatif. Seluruh artikel yang telah tayang di Cryptoharian bukan nasihat investasi atau saran trading.

Sebelum memutuskan untuk berinvestasi pada mata uang kripto, senantiasa lakukan riset karena kripto adalah aset volatil dan berisiko tinggi. Cryptoharian tidak bertanggung jawab atas kerugian maupun keuntungan anda.

Septiady

Penggemar Cryptocurrency dan Mengembangkan Bisnis di Internet dan Percaya Bahwa Informasi Harus Disebarluaskan Secara Transparan. Tidur, Makan dan Tulis