CryptoHarian

Ekonom yang Prediksi ‘Kehancuran Ekonomi’ 2008 Minta Dunia Bersiap dengan Resesi Buruk Berkepanjangan, Bitcoin dan Ethereum Sulit Rebound

Salah satu pengamat yang meramalkan resesi tahun 2008 lalu kembali memperingatkan, saat ini ekonomi dunia tengah berjalan menuju penurunan besar.

Ahli strategi Bank of America bahkan mengatakan, dengan kekhawatiran resesi saat ini, penurunan ekonomi bisa berlangsung lebih lama dari perkiraan awal.

Mantan Menteri Keuangan AS, Larry Summers menyebut, potensi bearish bisa terjadi lebih parah dari perkiraan mereka yang memprediksi resesi hanya terjadi sampai inflasi tertinggi mereda.

Ekonom lainnya, yakni seorang profesor Universitas New York dan CEO Roubini Macro Associates, Nouriel Roubini yang merupakan salah satu pakar yang berhasil memprediksi kejatuhan pasar pada 2007 dan 2008 silam juga memperlihatkan sikapnya.

Pria yang dijuluki dr. Doom itu menyebut, resesi mungkin melanda AS lebih parah pada akhir tahun ini, sebelum akhirnya menyebar ke seluruh dunia pada tahun 2023.

“Ini bukan resesi yang biasa dan sebentar. itu akan menjadi parah, lama, dan buru,” kata Roubini dalam wawancara dengan Bloomberg.

Baca Juga: Hard Fork Vasil Cardano Dilaksanakan Hari Ini, Berikut Hal-hal yang Wajib Diketahui Pemilik ADA

Masalah Hutang

Guna mengatasi menangkis kenaikan inflasi AS, Federal Reserve telah menerapkan serangkaian kenaikan suku bunga yang agresif untuk mengerem perekonomian.

Tujuannya adalah untuk merekayasa soft landing bagi perekonomian, agar inflasi kembali ke tingkat tahunan 2%, tanpa memicu penurunan ekonomi yang berkepanjangan atau kenaikan pengangguran yang signifikan.

Namun, dengan tren ekonomi saat ini, menurut Roubini, misi soft landing The Fed adalah hal yang mustahil. Ia beralasan, hal ini disebabkan utang perusahaan yang meningkat pesat.

Selama resesi 2008, Roubini menyebut, ada kesalahan fatal dalam menangani utang konsumen dan perusahaan saat itu. Bahkan, lembaga kredit dan pemerintah federal mengabaikan hal itu.

Kedua hal itu, menurut dia, kembali terulang tahun ini. Tren yang tercipta saat ini oleh kenaikan suku bunga bukan pertanda baik bagi meningkatnya tingkat utang global yang terkumpul setelah pandemi COVID-19.

Pasalnya, suku bunga pinjaman terus meningkat berpotensi membuat banyak perusahaan zombie, yaitu usaha yang terbentuk selama era kredit mudah sebelum dan awal pandemi, namun kini terancam pailit karena tidak dapat menghasilkan keuntungan atau bahkan membayar hutang mereka.

“Banyak institusi zombie, rumah tangga zombie, perusahaan, bank, bank bayangan, dan negara zombie akan mati karena suku bunga terus meningkat,” kata Roubini.

“Resesi yang panjang dan buruk juga akan menghancurkan pasar keuangan,” sambung dia.

Ia melanjutkan, S&P 500 yang pekan lalu menyampaikan data inflasi lebih tinggi dari perkiraan bisa anjlok 30% hingga 40%.

Skenario Terburuk

Terlepas dari kenaikan suku bunga yang terus dilaukan, Roubini mengatakan, inflasi AS bisa bertahan lebih lama karena guncangan rantai pasokan yang terganggu sebagai efek dari pandemi, konsekuensi berkelanjutan dari perang Ukraina, dan kebijakan nol-COVID China yang terus memperlambat aktivitas ekonomi.

Pertumbuhan ekonomi yang lemah ditambag inflasi yang tak kunjung turun berpotensi jadi skenario terburuk global stagflasi gaya tahun 1970-an. Roubini juga memperingatkan, saat harga kebutuhan naik, ekonomi akan melambat.

Sebelum Roubini, sebelumnya Bank Dunia telah memperingatkan beberapa kali tahun ini bahwa kembalinya ke stagflasi tahun 1970-an.

Ini bukan kali pertama Roubini mengungkapkan opininya terkait ‘kehancuran ekonomi’. Pada tahun 2020, Roubini memperingatkan adanya potensi depresi ekonomi AS yang hebat karena utang.

Namun demikian, tidak semua pengamat pasar setuju dengan pandangan Roubini. CEO Ark Invest Cathie Wood pada Selasa lalu mengatakan melalui Twitter, bahwa ekonom hawkish seperti Roubini tidak mampu melihat penurunan inflasi.

Dampak Pada Pasar Kripto

Crypto Winter nampaknya akan berlangsung lama. Momen penurunan harga aset kripto mungkin berlangsung lebih lama, lantaran sulit untuk memperkirakan rebound dalam waktu dekat akibat ancaman resesi dan perkembangan ekonomi yang buruk.

Bitcoin saat ini terus berjuang untuk terus stabil di atas US$20.000. Namun, faktanya, sejak awal tahun 2022, BTC sudah kehilangan sekitar 60% dari nilainya dari puncak pada 2021 silam. Hal serupa terjadi pada Ethereum, kripto terbesar kedua yang turun lebih dari 70%.

Analis Washington Exaimer menyebut, harapan investor agar pasar kripto rebound sulit terjadi akibat tren yang disampaikan oleh dr Doom di atas. Malah, potensi terjadi penurunan lebih mungkin terjadi ke depannya. [Im]

Disclaimer: Semua konten yang diterbitkan di website Cryptoharian.com ditujukan sarana informatif. Seluruh artikel yang telah tayang di Cryptoharian bukan nasihat investasi atau saran trading.

Sebelum memutuskan untuk berinvestasi pada mata uang kripto, senantiasa lakukan riset karena kripto adalah aset volatil dan berisiko tinggi. Cryptoharian tidak bertanggung jawab atas kerugian maupun keuntungan anda.

Iqbal Maulana

Penulis yang senang mengamati pergerakan dan pertumbuhan cryptocurrency. Memiliki pengalaman dalam beberapa kategori penulisan termasuk sosial, teknologi, dan finansial. Senang mempelajari hal baru dan bertemu dengan orang baru.