CryptoHarian

Justin Bennett Klaim BTC Bakal Turun di Bawah US$ 20.000, Ini Penjelasannya!

Cryptoharian – Bitcoin (BTC), yang merupakan mata uang kripto terbesar di dunia telah menghadapi banyak ombak liar selama beberapa tahun terakhir.

Pada akhir 2017, ia mencapai titik tertinggi sepanjang masa, dengan harganya hampir US$ 20.000 sebelum jatuh ke sekitar US$ 3.000 pada akhir 2018.

Sejak itu, aset kripto utama ini bangkit dan mencapai nilai tertinggi lebih dari US$ 60.000 pada November 2021 dan kemudian turun menjadi sekitar US$ 15.500 pada November 2022. 

Saat ini, harga BTC berada di US$ 27.800 setelah mengalami penurunan sebesar 1,28 persen dalam 24 jam. Namun, apakah dari sini Bitcoin dapat naik kembali, atau malah turun ke level yang lebih dalam?

Menjawab hal tersebut, seorang analis papan atas bernama Justin Bennett di Twitter menjelaskan pendapat terbarunya. Ia mengklaim, apakah pasar bakal jadi mendorong BTC ke angka US$ 30.000 atau tidak, hanya masalah waktu sebelum harga Bitcoin menyapu posisi terendah di bawah US$ 20.000.

Berdasarkan grafik yang ia bagikan di lamannya, zona penurunan yang ia tetapkan berada di kisaran level US$ 18.000 – US$ 19.000. Namun, dalam hal ini Bennett tidak menyebutkan apakah penurunan tersebut dilanjutkan dengan bull atau malah semakin bear.

“Ini hanyalah sifat alami dari ‘si buas’ (BTC),” ungkap Bennett.

Sementara itu, analis kripto lainnya yakni @paraboloic atau BitQuant menyatakan bahwa penurunan ke US$ 25.000 untuk Bitcoin masih sangat mungkin terjadi.

Dirinya menyadari, meskipun ini merupakan berita yang tidak diinginkan bagi beberapa investor, namun ia percaya bahwa penurunan mungkin merupakan kemunduran terakhir sebelum mencapai harga tertinggi baru sepanjang masa. 

Pernyataannya ini didasarkan pada sejarah pergerakan BTC pada tahun 2020 lalu. Ia menilai Bitcoin telah mencapai bottom pada angka US$ 5.400. Dari sana, terjadi dua kali kenaikan fantastis yakni US$ 7.000 dan US$ 10.000.

BitQuant menyamakan hal ini dengan yang terjadi pada tahun 2022 akhir, dimana bottom terjadi saat FTX kolaps. Menurutnya, dalam hal ini kenaikan pertama terjadi saat BTC mencapai angka US$ 25.000.

Baru setelah itu, ia memperkirakan bakal terjadi kenaikan yang lebih tinggi karena US$ 25.000 menurutnya merupakan koreksi terakhir untuk menuju All Time High (ATH) terbaru. 

“Saya ingin melihat euforia yang akan membantu mengecualikan atau meminimalkan penurunan yang diharapkan ini.” pungkas BitQuant.

Berita Bitcoin: Bitcoin Turun, Harga Dogecoin Malah ‘Ngamuk’ Karena Elon Musk

Disclaimer: Semua konten yang diterbitkan di website Cryptoharian.com ditujukan sarana informatif. Seluruh artikel yang telah tayang di Cryptoharian bukan nasihat investasi atau saran trading.

Sebelum memutuskan untuk berinvestasi pada mata uang kripto, senantiasa lakukan riset karena kripto adalah aset volatil dan berisiko tinggi. Cryptoharian tidak bertanggung jawab atas kerugian maupun keuntungan anda.

Muhammad Syofri

Trader Forex dan Bitcoin yang sudah bergelut di bidang trading dari tahun 2013. Sering menulis artikel tentang blockchain, forex dan cryptocurrency.