CryptoHarian

Negara Maju Sekelas Jepang Lebih Pilih Lari ke Emas Ketimbang Bitcoin Saat Diterjang Inflasi Besar

Cryptoharian – Di tengah euforia pembelian emas di negara-negara yang menghadapi hiperinflasi seperti Venezuela, Zimbabwe, Argentina, dan Turki kini mencari perlindungan nilai dalam logam mulia.

Namun yang mengejutkan, yakni negara Jepang, yang dikenal dengan populasi yang menua dan stabilitas ekonominya, juga menyaksikan lonjakan minat pada emas dan semuanya berkat pencetakan uang tanpa henti oleh Bank of Japan (BOJ).

Berdasarkan data yang dihimpun, harga emas di Jepang ketika diukur dalam yen Jepang, telah mencapai rekor tertinggi sepanjang masa. Peningkatan ini disebabkan oleh terus-menerusnya pelemahan yen terhadap dolar AS, yang menggerus daya beli penduduk Jepang dan mendorong rumah tangga yang memiliki kekayaan dalam bentuk tunai mencari lindung nilai terhadap inflasi yang meningkat.

Melansir dari zerohedge.com, permintaan akan emas yang dihargai dalam yen telah mendorong nilainya melewati ¥10.000 per gram untuk pertama kalinya dalam beberapa hari terakhir. Harga ini sejalan dengan harga emas global, yang terus naik karena faktor-faktor seperti pandemi COVID-19, konflik di Ukraina, krisis batas utang AS dan ketegangan geopolitik global. 

Namun, faktor terbesar tetap pelemahan dramatis yen, yang baru-baru ini melebihi ¥147 terhadap dolar. Tahun lalu, level ini memicu intervensi pasar verbal oleh otoritas Jepang.

Namun pada tahun ini, sebagian besar dari hal itu diabaikan karena BOJ menyadari bahwa intervensi akan sia-sia dan bisa menyebabkan hiperinflasi dan keruntuhan sistemik.

Mengingat inflasi di Jepang sekarang telah melebihi inflasi di AS dan kemungkinan akan terus meningkat seiring melemahnya yen, permintaan akan emas di Jepang diperkirakan akan tetap berlanjut.

Baca Juga: Bitcoin Naik Setelah Publikasi Data Inflasi Amerika, Jangka Panjang Masih Terlihat Negatif

Jesper Koll, seorang ekonom dan penasihat untuk Japan Catalyst Fund, mengaitkan lonjakan pembelian emas dengan kebutuhan mendesak untuk perlindungan terhadap inflasi.

“Kebutuhan aset nilai lindung emas telah absen dalam beberapa tahun terakhir mengingat kecenderungan rumah tangga Jepang untuk menyimpan aset dalam bentuk uang tunai,” ungkap Koll.

Sementara itu, Eiichiro Kato yang merupakan seorang manajer umum di Departemen Ritel Logam Mulia Tanaka Kikinzoku, mencatat bahwa emas kini sangat menarik bagi pelanggan yang khawatir tentang penurunan tajam yen ke level terendah dalam beberapa dekade.

“Gairah untuk emas tidak terbatas pada para penabung Jepang. Konflik Ukraina-Rusia juga menyebabkan harga emas yang terpatok pada dolar AS jadi lebih melambung,” ujarnya.

Bitcoin Sebagai Nilai Lindung Nilai

Selain emas, masyarakat dunia sejatinya dapat beralih pada instrument investasi seperti mata uang kripto, terutama Bitcoin (BTC). Dengan pergerakan yang turun selama tahun 2022 lalu, aset ini telah menunjukkan perjuangannya untuk kembali naik pada awal 2023. 

Hal ini diperkuat oleh pernyataan dari seorang analis kripto dengan nama samaran Kaleo di platform X, yang menyebutkan bahwa dirinya sangat bullish pada BTC saat ini. 

“Siapa yang peduli Bitcoin dalam beberapa minggu kedepan akan ke US$ 30.000 atau US$ 20.000, jika dalam beberapa tahun depan kita yakin harganya bakal melebihi US$ 100.000,” kata Kaleo.

Baca Juga: Gegara Bug di Sistem, PayPal Bayar Biaya Transaksi Bitcoin Lebih dari US$ 570.000

Dirinya pun secara tegas menyatakan bahwa level BTC saat ini merupakan bottom dari Bitcoin. Selain itu, menurutnya pergerakan dalam beberapa bulan kedepan hanyalah kebisingan.

“Tetaplah yakin. Mungkin rasanya akan sedikit sakit, tapi kita hampir sampai,” pungkas Kaleo.

Disclaimer: Semua konten yang diterbitkan di website Cryptoharian.com ditujukan sarana informatif. Seluruh artikel yang telah tayang di Cryptoharian bukan nasihat investasi atau saran trading.

Sebelum memutuskan untuk berinvestasi pada mata uang kripto, senantiasa lakukan riset karena kripto adalah aset volatil dan berisiko tinggi. Cryptoharian tidak bertanggung jawab atas kerugian maupun keuntungan anda.

Muhammad Syofri

Trader Forex dan Bitcoin yang sudah bergelut di bidang trading dari tahun 2013. Sering menulis artikel tentang blockchain, forex dan cryptocurrency.