CryptoHarian

Apakah Bitcoin Masih Bisa Mencapai US$25.000?

Cryptoharian – Bitcoin (BTC) hari ini mengalami penurunan sebesar 2,49 persen, dan berada pada level US$ 22.855 pada hari Selasa (31/1/2023). Banyak dari kalangan investor dan trader yang memunculkan spekulasi apa yang terjadi pada harga kripto utama ini.

Meski begitu, analis papan atas dengan nama Altcoin Sherpa mengatakan bahwa dalam grafik mingguan, BTC telah menunjukkan empat candle hijau.

“Kita baru saja memiliki 4 lilin hijau berturut-turut dalam timeframe mingguan. Setiap kali ini terjadi (selain April 2018), pasar telah menunjukkan hasil yang luar biasa,” ungkap Altcoin Sherpa.

Altcoin Sherpan menuliskan, para pelaku pasar kripto juga telah skenario yang terjadi. Seperti contoh pada tahun 2017, dimana harga BTC masih belum ada peningkatan. Namun memasuki 2019, harga aset digital ini melambung dari US$ 3.000 – US$ 14.000. 

“Kemudian, pemulihan harga saat Covid di 2020, dilanjutkan pada akhir 2020/21 yang terus meningkat hingga puncaknya ATH pada Agustus 2021,” ujarnya.

Namun, ia masih belum berani untuk mengatakan pada followernya, bahwa pasar sudah menemui bottom-nya. Dirinya berdalih, hal ini dikarenakan lingkungan makro yang berbeda dan dirinya lebih memainkan semuanya dengan aman. 

“Meski begitu, saya masih pada posisi long dan saya akan memainkan rotasi ini selama mungkin. Jujur saja, saya juga masih pada perkiraan harga di US$ 25.000,” kata Altcoin Sherpa.

Di lain pihak, Miliarder kripto dan mantan CEO BitMex Arthur Hayes telah memperingatkan bahwa Bitcoin mungkin kehilangan semua keuntungannya baru-baru ini, jika Federal Reserve tetap menaikan suku bunga bulanan saat ini.

Dalam postingan blog tanggal 19 Januari lalu, Hayes berbicara tentang inflasi dan bagaimana hal itu dapat memengaruhi pasar kripto. Miliarder itu mencatat bahwa angka CPI terus bergerak turun setelah memuncak sekitar 9% pada pertengahan 2022, kemudian meluncur turun lagi menuju target 2%.

“Investor berharap agar The Fed melambatkan kenaikan suku bunga di tengah penurunan inflasi, terutama untuk menghindari resesi. Para prognostikator itu akan berpendapat, bahwa Powell sedang mencari setiap peluang untuk menjauh dari kebijakan Pengetatan Kuantitatif (QT) saat ini,” paparnya.

Menurutnya, salah satu alasan di balik reli baru-baru ini di pasar kripto bisa jadi adalah dilanjutkannya pencetakan USD oleh The Fed. Kalau hal tersebut benar-benar terjadi, maka Bitcoin akan melanjutkan kinerjanya yang kuat, lantaran The Fed memperlambat kenaikan suku bunga seperti yang diharapkan.

Di sisi lain, pasar kripto skala luas dapat melihat semua keuntungan mereka baru-baru ini terhapus, bila bank sentral melanjutkan dengan kebijakan Pengetatan Kuantitatif (QT) saat ini.

“Jika The Fed tidak menindaklanjuti dengan pivot, atau beberapa gubernurnya berbicara tentang ekspektasi pivot bahkan setelah CPI yang “baik”, Bitcoin kemungkinan akan jatuh kembali ke posisi terendah sebelumnya,” pungkas Hayes. 

Disclaimer: Semua konten yang diterbitkan di website Cryptoharian.com ditujukan sarana informatif. Seluruh artikel yang telah tayang di Cryptoharian bukan nasihat investasi atau saran trading.

Sebelum memutuskan untuk berinvestasi pada mata uang kripto, senantiasa lakukan riset karena kripto adalah aset volatil dan berisiko tinggi. Cryptoharian tidak bertanggung jawab atas kerugian maupun keuntungan anda.

Muhammad Syofri

Trader Forex dan Bitcoin yang sudah bergelut di bidang trading dari tahun 2013. Sering menulis artikel tentang blockchain, forex dan cryptocurrency.