CryptoHarian

Seorang Tentara AS Jual Rumah Untuk Beli Bitcoin, Simak Kisahnya

Cryptoharian – Seorang tentara di Amerika bernama Mickey Koss, yang merupakan lulusan dari Akademi Militer West Point di New York dengan jurusan ekonomi, membagikan sebuah kisah pengalaman hidup dimana ia menjual rumahnya untuk membeli Bitcoin (BTC). 

“Sebenarnya saya telah menulis artikel ini pada tahun lalu, namun saya tinggalkan. Cerita ini mulai kembali saya tulis ketika mendapat inspirasi melalui Twitter Space bernama ‘Toxic Happy Hour’,” ungkap Koss dalam cerita yang ia unggah ke Bitcoinmagazine.com.

Selama Twitter Space berlangsung, ia mencermati sebuah pembicaraan dari akun Twitter bernama @PUBLORD, tentang pajak kekayaan. Selama pembicaraaan tersebut, ia mengaku tertampar pada cerita yang disampaikan. 

“Pajak kekayaan dan pajak properti, artinya siapapun anda sebenarnya tidak pernah benar-benar memiliki apa pun. Mungkin itu intinya,” ujarnya. 

Koss menceritakan, pada tahun 2018 lalu ia bersama istrinya memutuskan untuk mengambil pinjaman rumah VA mereka, untuk membeli rumah di tempat penugasan baru mereka.

Sebagai informasi, Pinjaman VA adalah pilihan hipotek dukungan pemerintah yang tersedia untuk Veteran, tentara aktif dan pasangan yang masih hidup. Pinjaman VA dibuat oleh pemberi pinjaman swasta, seperti perusahaan hipotek dan bank, bukan Departemen Urusan Veteran.

Pinjaman rumah VA menawarkan suku bunga dan persyaratan yang kompetitif dan dapat digunakan untuk membeli rumah keluarga tunggal, kondominium, properti multi-unit, rumah manufaktur atau konstruksi baru.

Setelah mengambil pinjaman VA tersebut, ia membeli rumah baru yang menurutnya berada di daerah berpenghasilan rendah. Rumah itu disewakan kepada orang-orang yang bertugas disana, supaya Koss mendapat pemasukan tambahan. 

“Dua tahun kemudian, kami dihadapkan dengan black swan, tapi bukan COVID-19. Peristiwa yang saya singgung adalah moratorium penggusuran yang disahkan dengan tergesa-gesa selama periode tersebut,” kata Koss. 

Dengan segala keberuntungan, penyewa rumah mereka masih menetap dan konsisten membayar sewa. Namun, jika memutuskan untuk keluar maka itu bisa berarti bencana keuangan baginya. 

“Sebenarnya dari sini pun sudah jelas, bahwasanya saya tidak lagi memiliki hak atas properti saya sendiri. Karena itu, kami menjual rumah itu. Dari hasil penjualan tersebut, kami menggunakan hasilnya untuk membeli BTC pada tahun 2021,” paparnya. 

Baginya, sama seperti banyak orang di militer dan kelas menengah, kepemilikan rumah adalah bagian penting untuk membangun kekayaan jangka panjang. Untuk orang-orang militer khususnya, hal ini sulit dilakukan tanpa memilih properti yang dapat disewakan setelah personil berpindah tugas. 

Berita Bitcoin: Ini Alasan CEO ARK Investment Sangat Bullish Terhadap Pemulihan Pasar Bitcoin

Dari sana dirinya sadar bahwa bagaimanapun, bisnis properti sejak tahun 2020 telah mengalami kehancuran, dan strategi membangun kekayaan dengan menyewakan rumah sudah tidak layak lagi. Bahkan, lanjutnya, jika ia dan istrinya melunasi properti dan memilikinya secara langsung, mereka masih akan berutang pajak setiap tahun. 

“Lalu apa yang menghentikan moratorium sewa lain agar tidak berlaku? Atau lebih buruk lagi, pajak kekayaan? Itu benar-benar membuat saya berpikir: Apakah kita dari awal tidak memiliki apa-apa, namun belum mengetahuinya?,” ucap Koss. 

Dirinya juga mengaku, butuh waktu lama baginya untuk memahami bahwa Bitcoin adalah satu-satunya hal yang benar-benar ia miliki. Pembicaraan tentang pajak kekayaa telah menyebabkan dirinya mengevaluasi kembali ilmu yang ia dapat semasa mengikuti perkuliahan militer. 

“Bitcoin menarik pada awalnya, karena sensasi price-go-up (PGU). Tetapi anda pasti mencapai titik infleksi, yang membuat anda terguncang untuk menjual ketika ada penurunan? Atau akankah anda menggali lebih dalam melalui bukti kinerja aset digital ini dan mengungkap nilai sebenarnya?,” urainya. 

Menurutnya, nilai riil dari Bitcoin tidak tercermin dalam fluktuasi harga sehari-hari, melainkan tercermin dalam kemampuannya untuk memberdayakan individu. Bitcoin dalam self-custody, lanjut Koss, pada dasarnya adalah teknologi freedom-go-up (FGU). Pasalnya, sifat dari BTC ini memungkinkan orang untuk melakukan arbitrase yurisdiksi, melarikan diri dari daerah yang bermusuhan tanpa pajak atau hukuman keluar yang memaksa. 

“Tentunya ini akan menyamakan kedudukan bagi individu. Hal tersebut merupakan fakta yang bakal menjadi lebih jelas di tahun-tahun mendatang,” tutur Koss. 

Koss juga menegaskan, kebebasan yang hakiki ada di negara yang melindungi hak-hak individu, termasuk hak milik. Apa yang gagal disadari oleh kebanyakan orang, adalah bahwa kebijakan negara seringkali menargetkan orang kaya. Hal tersebut menurutnya mungkin salah satu faktor pencegah kesuksesan seseorang, meskipun kebijakan itu dapat berubah.

“Jika menurut anda pasar bull terakhir menarik, tunggu saja sampai negara-bangsa mulai menerapkan pajak kekayaan. Nilai sebenarnya Bitcoin akan tercermin pada waktunya. Sampai saat itu, saya akan terus tetap berusaha merendah, sembari menunggu hal yang tak terhindarkan,” pungkas Koss. 

Disclaimer: Semua konten yang diterbitkan di website Cryptoharian.com ditujukan sarana informatif. Seluruh artikel yang telah tayang di Cryptoharian bukan nasihat investasi atau saran trading.

Sebelum memutuskan untuk berinvestasi pada mata uang kripto, senantiasa lakukan riset karena kripto adalah aset volatil dan berisiko tinggi. Cryptoharian tidak bertanggung jawab atas kerugian maupun keuntungan anda.

Iqbal Maulana

Penulis yang senang mengamati pergerakan dan pertumbuhan cryptocurrency. Memiliki pengalaman dalam beberapa kategori penulisan termasuk sosial, teknologi, dan finansial. Senang mempelajari hal baru dan bertemu dengan orang baru.