CryptoHarian

Warga Rusia Pilih Timbun Kekayaan di Kripto Daripada Reksa Dana Atau Emas, Ada Apa?

Cryptoharian –   Sanksi yang diberikan kepada Rusia atas invasinya ke Ukraina membuat permusuhan di pasar keuangan global yang semakin intens. Sebuah studi baru-baru ini menunjukkan bahwa warga Rusia beralih ke kripto sebagai penyimpan kekayaan pilihan mereka. 

Studi terbaru oleh Bank Sentral Rusia (CBR) menyoroti fakta bahwa rumah tangga Rusia sekarang memiliki nilai lebih banyak pada aset kripto daripada reksa dana atau emas.

Tren ini menjadi lebih jelas sejak dimulainya perang di Ukraina, yang menyebabkan sanksi dijatuhkan pada Rusia dan sistem perbankannya terputus dari SWIFT.

Penelitian ini menghasilkan temuan bahwa 0,4 persen rumah tangga yang memiliki aset kripto, yang merupakan persentase populasi yang relatif kecil. Namun, jumlah ini masih signifikan karena melebihi tingkat adopsi emas dan reksa dana, yang keduanya tercatat sebesar 0,3 persen. 

Survei tersebut juga mengungkapkan bahwa rumah tangga Rusia memiliki nilai rata-rata aset kripto senilai 17.500 rubel, dengan lebih dari setengah keluarga melaporkan kepemilikan yang melebihi ambang pelaporan survei.

Sebagai informasi, CBR telah berulang kali menyatakan ketidaksetujuannya terhadap mata uang kripto semacam Bitcoin. Namun, akhirnya mereka mulai mengizinkan penggunaannya dalam transaksi lintas batas pada bulan September 2022 lalu. 

Selain itu, anggota parlemen Rusia saat ini sedang mengerjakan rencana untuk meluncurkan pertukaran kripto nasional pada akhir kuartal kedua. Langkah ini menunjukkan pengakuan pemerintah tentang semakin pentingnya kripto di negara ini, dan kesediaannya untuk memasukkan ke dalam sistem finansial.

Namun, adopsi aset uang digital di Rusia tidak selalu mulus. Kerangka peraturan negara untuk aset digital masih dalam pengembangan, dan ada kekhawatiran tentang kurangnya perlindungan hukum bagi investor kripto. Selain itu, volatilitas dari kripto yang tinggi dan potensi risiko yang terkait dengannya dapat membuat beberapa investor enggan memasuki pasar.

Namun, negeri beruang merah ini juga masih dalam pengembangan stablecoin yang didukung emas bersama dengan Iran. Hal ini menunjukkan bahwa negara tersevyt sedang menjajaki cara alternatif penyelesaian perdagangan internasional di luar dolar tradisional, rubel, atau rial. 

Langkah ini berpotensi meningkatkan penggunaan mata uang kripto dalam perdagangan dan transaksi keuangan di kawasan ini dan sekitarnya.

Baca Juga: Pasang Mata, Berikut 5 Hal yang Harus Dicatat Investor Bitcoin Selama Minggu Ini

Disclaimer: Semua konten yang diterbitkan di website Cryptoharian.com ditujukan sarana informatif. Seluruh artikel yang telah tayang di Cryptoharian bukan nasihat investasi atau saran trading.

Sebelum memutuskan untuk berinvestasi pada mata uang kripto, senantiasa lakukan riset karena kripto adalah aset volatil dan berisiko tinggi. Cryptoharian tidak bertanggung jawab atas kerugian maupun keuntungan anda.

Muhammad Syofri

Trader Forex dan Bitcoin yang sudah bergelut di bidang trading dari tahun 2013. Sering menulis artikel tentang blockchain, forex dan cryptocurrency.