Cryptoharian – Dari awal berdiri hingga saat ini pun, dunia kripto merupakan dunia dimana pergerakan harga asetnya serba cepat. Karena itulah, stabilitas seringkali sulit ditemui.
Baru-baru ini, seorang pegiat kripto dengan nama samaran Defizard di platform X menyatakan kekhawatirannya tentang kemungkinan terjadinya keruntuhan Tether (USDT), stablecoin yang banyak digunakan.
Dalam hal ini, Defizard mengulas kembali keruntuhan stablecoin masa lalu dan risiko yang mungkin dihadapi oleh Tether dalam waktu dekat.
Stablecoin di Masa Lalu
Defizard memulai penjelasannya dengan menyoroti keruntuhan stablecoin terbesar dalam sejarah kripto, yang terjadi pada tanggal 9 Mei lalu melibatkan Terra (UST). Keruntuhan ini mengakibatkan lebih dari US$ 60 miliar kerugian. Keruntuhan UST ini terdiri dari tiga tahap:
1. Dua pedagang merusak kaitan nilai UST.
2. Terraform Labs dan tiga pendukung memperbaikinya dengan membeli US$ 2 miliar UST.
3. Penjualan terus berlanjut hingga menguras dana tersebut, membuat UST dan token saudaranya, Luna (LUNA) mengalami hiperinflasi dan harga kedua aset tersebut jatuh.
Baca Juga: Altcoin Sherpa ‘Buka-Bukaan’ Terkait Prediksi Bitcoin, Berikut Target Harga Analis Tersebut
Kemudian pada Maret 2023, di mana terjadi insiden de-pegging yang memengaruhi stablecoin USDC. Saat peristiwa ini terjadi, de-peg mencapai -10 persen di beberapa bursa. De-pegging USDC disebabkan oleh runtuhnya Silicon Valley Bank (SVB), yang merupakan tempat penyimpanan US$ 3,3 miliar yang dana pengamanan USDC.
Kejadian yang sama, DAI juga mengalami de-pegging pada hari yang sama karena 48 persen dari DAI didukung oleh USDC.
Peran Tether di Pasar Kripto
Defizard menjelaskan terkait pentingnya Tether (USDT) dalam pasar kripto, yang memiliki 65 persen dari total jumlah stablecoin. Tether melaporkan pendapatan bersih sebesar US$ 1,5 miliar untuk kuartal pertama 2023 dan US$ 850 juta untuk kuartal kedua. Selain itu, Tether memiliki jumlah cadangan berlebih sebesar US$ 3,3 miliar.
Debat yang Terus Berlanjut
Kemungkinan keruntuhan Tether selalu menjadi topik perdebatan dalam komunitas kripto. Meskipun Tether telah bertahan dalam menghadapi fluktuasi pasar, dana lindung nilai tradisional terus berspekulasi tentang keruntuhan yang tak terelakkan.
Para kritikus berpendapat bahwa Tether secara artifisial menggelembungkan pasar kripto, dan menyebabkan spekulasi yang meningkat.
Kekhawatiran Regulasi
Jika regulator Amerika Serikat (AS) mulai mengawasi industri kripto, Tether kemungkinan akan menjadi sorotan. Pasalnya, Tether merupakan perusahaan terbesar dalam industri ini dengan volume perdagangan harian yang signifikan.
Baca Juga: Jangan Lewatkan Cuan Besar, Kenali 5 Tahap Bitcoin Halving Mulai Sekarang
Masa Depan Stablecoin
Kendati demikian, Defizard mengklaim bahwa de-pegging USDT telah terjadi beberapa kali di masa lalu, dengan yang terbesar terjadi pada tahun 2017 menurun sebesar 8 persen. Keruntuhan stablecoin yang merupakan salah satu aset paling banyak digunakan ini bisa berdampak buruk bagi seluruh industri kripto.
Sebelum memutuskan untuk berinvestasi pada mata uang kripto, senantiasa lakukan riset karena kripto adalah aset volatil dan berisiko tinggi. Cryptoharian tidak bertanggung jawab atas kerugian maupun keuntungan anda.